
Karena benturan yang keras di kepala, si pemuda sempat koma
dan dirawat di rumah sakit. Saat kesadarannya mulai kembali, terdengar erangan
perlahan. “Aduuuh…kepalaku sakit sekali. Kenapa badanku tidak bisa digerakkan.
Oh..ada di mana ini?”. Nanar, tampak bayangan bundanya sedang menangis,
memegangi tangan dan memanggil-manggil namanya.
Lewat beberapa hari, setelah kesadarannya pulih kembali, ia
baru tahu kalau mobil yang dikendarainya ringsek tidak karuan bentuknya dan
melihat kondisi mobil, seharusnya si pengemudi pasti meninggal dunia.
Ajaibnya, dia masih hidup (walaupun mengalami gagar otak
lumayan parah, tulang paha yang patah menjadi enam, dan memar di sana-sini; hal
ini membuatnya harus menjalani operasi dan proses terapi penyembuhan yang lama
dan menyakitkan).

Pamannya yang kenal si pemuda dari kecil menegur keras,
“Anak muda. Wajahmu rupawan, tetapi jiwamu ternyata tidak. Bundamu bekerja
keras selama ini hingga hidupmu berkecukupan. Lihatlah sekelilingmu, begitu
banyak orang yang tidak seberuntung kamu. Tidak perlu menyalahkan orang lain.
Kecelakaan ini karena kesalahanmu sendiri! Pernahkah kamu pikirkan, seandainya
kecelakaan itu merenggut nyawamu, bekal apa yang kamu bawa untuk
mempertanggungjawabkan seluruh perbuatanmu di hadapan Sang Pencipta? Tuhan begitu
baik, memberi kesempatan kedua kepadamu untuk hidup lebih lama. Itu artinya,
kamu harus hidup lebih baik! Apakah kamu mengerti?”
Si pemuda terpana sesaat dan lirih menjawab, “Terima kasih
paman. Saya akan mengingat nasihat paman. Biarlah luka di wajah ini sebagai
pengingat agar aku tahu diri dan mampu untuk bersyukur”.
Setiap hari di setiap tarikan napas kita sesungguhnya
adalah “kesempatan kedua” di dalam kehidupan kita. Kesempatan untuk selalu
mengingat kebaikan yang telah kita terima dan mengingatkan kita untuk selalu
berbuat bajik kepada sesama.
Mari, manfaatkan setiap kesempatan yang ada dengan
menjalankan ibadah dan amanah.
@HelmiIkhF_
0 Komentar